Aceh – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian resmi menerima gelar kehormatan “Petua Panglima Hukom Nanggroe” dari Lembaga Wali Nanggroe Aceh. Ia menjadi orang pertama yang memperoleh penghargaan adat bergengsi ini berkat dedikasi, perhatian, dan kontribusinya terhadap pembangunan dan stabilitas Aceh.
Anggota Majelis Tuha Peut Wali Nanggroe, Prof. Syahrizal Abbas, menjelaskan bahwa penghargaan tersebut diberikan berdasarkan hasil kajian mendalam oleh tim yang ditunjuk langsung oleh Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haythar.
“Lembaga Wali Nanggroe Aceh diberi mandat oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh untuk memberikan gelar atau tanda kehormatan kepada personal, lembaga, maupun negara sahabat yang telah memberikan perhatian sungguh-sungguh, serius, dan luar biasa terhadap kepentingan Aceh,” ujar Syahrizal Abbas kepada wartawan di Gedung Putih Wali Nanggroe Aceh, Rabu (12/11).
Menurutnya, Tito Karnavian memiliki kontribusi besar dalam menjaga stabilitas politik, penegakan hukum, serta ketenteraman dan ketertiban masyarakat Aceh, terutama saat Pilkada 2017 ketika Tito menjabat sebagai Kapolri (2016–2019). Bahkan setelah menjabat sebagai Mendagri, perhatian Tito terhadap Aceh tidak pernah surut.
“Atas dasar hasil kajian tim pemberi anugerah gelar dan tanda kehormatan dari Wali Nanggroe, kami sepakat memberikan gelar Petua Panglima Hukom Nanggroe. Pertimbangannya mencakup aspek politik, filosofis, yuridis, sosiologis masyarakat, serta administrasi pemerintahan,” Jelas Syahrizal.
Lebih lanjut, Syahrizal menerangkan bahwa gelar Petua Panglima Hukom Nanggroe memiliki makna filosofis yang mendalam, yakni sebagai pemimpin tertinggi dalam otoritas hukum di wilayah negeri. Secara historis, posisi ini mencerminkan institusi yang menjaga supremasi hukum dan nilai keadilan di Aceh.
“Gelar ini juga membawa tanggung jawab moral dan kultural kepada masyarakat Aceh. Belum pernah ada sebelumnya tokoh yang dianugerahi gelar seperti ini, hanya Prof. Tito Karnavian yang mendapat kehormatan tersebut,” tambah Syahrizal.
Upacara penganugerahan gelar berlangsung Rabu, 12 November 2025, di Gedung Putih Wali Nanggroe Aceh. Tito hadir mengenakan pakaian adat Aceh lengkap dengan Kupiah Meukeutop (penutup kepala tradisional Aceh) sekitar pukul 10.00 WIB.
Dalam suasana penuh kehormatan dan persaudaraan, Wali Nanggroe Malik Mahmud Al-Haythar secara langsung menyematkan selempang kehormatan kepada Tito di Pendopo Wali Nanggroe Aceh. Kehadiran para pejabat Provinsi Aceh turut menambah khidmat prosesi penyerahan gelar adat tertinggi tersebut.
Sumber: Puspen Kemendagri
Editor: D-Nss

