Budaya BanyumasKearifan Lokal NusawunguSejarah Desa BanjarwaruTradisi Ziarah CilacapZiarah Leluhur

Ziarah Makam Leluhur, Tradisi Lestarikan Sejarah Banjarwaru

eF-Ha
Friday, 27 June 2025, June 27, 2025 WAT
Last Updated 2025-06-27T14:33:23Z


Kabar Ngetren/Cilacap – Tradisi zarah makam atau ziarah ke makam leluhur masih dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Desa Banjarwaru dan sekitarnya. Kamis, 26/6/2025. Kegiatan ini menjadi bagian penting dalam upaya mengenang para tokoh pendiri desa yang dahulu membabat alas dan membuka peradaban awal di kawasan tersebut.


Ziarah dilakukan di beberapa lokasi makam yang tersebar di desa-desa tetangga seperti Pasuruhan, dan Kemojing. Kedua wilayah ini dulunya merupakan satu kesatuan wilayah yang dikenal sebagai cikal bakal Desa Banjarwaru. Tokoh sentral dalam sejarah ini adalah Eyang Banjar Sari, yang dimakamkan di wilayah yang kini bernama Desa Pasuruhan. Putra beliau, Eyang Tanjung Sari, dimakamkan di Desa Kemojing, konon katanya eyang tanjung sari masih keturunan raden brawijaya dan masih keturunan raden jaka kaiman bupati pertama Banyumas, dan eyang tanjung sari murid dari syeh baribin, ujarnya. 


Tradisi ziarah ini dipimpin oleh sesepuh desa, Kuat Santoso, yang didampingi oleh juru kunci makam leluhur, Tirta Dwirya, serta dihadiri langsung oleh Kepala Desa Banjarwaru Mugi Prihantono beserta jajaran pemerintah desa. Hadir pula tokoh budaya lokal Bambang dan sejumlah tokoh masyarakat lainnya.


Dalam sambutannya, Kuat Santoso menyampaikan pentingnya melestarikan tradisi ini sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur serta edukasi bagi generasi muda.



Kita harus menjaga dan mewariskan tradisi ini, agar anak cucu kita mengenal sejarah perjuangan nenek moyangnya yang dahulu membabat alas hingga menjadi Desa Banjarwaru yang kita tempati sekarang,” ujar beliau.


Menurut keterangan dari kepala desa banjarwaru mugi prihantono melalui Sekretaris Desa Banjarwaru, Wahid Azis, kegiatan ziarah ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan desa dalam rangka memetri bumi dan peringatan sejarah desa. Rangkaian acara tersebut meliputi, Ziarah makam leluhur, Ziarah ke makam punden Nyi Larik,  Pagelaran seni budaya Kuda Lumping, Rebutan Gunungan hasil bumi, dan Pameran kerajinan tangan masyarakat (Pring Sedapur),


Dan dialog budaya bertema “Tali Seikat Tambang Seubed, Ruwet Renteng Njagong Bareng – Urip Iku Urub, Urub Iku Obor.”


Makna filosofi “Urip iku urub, urub iku obor” dijelaskan sebagai ajakan hidup yang memberi manfaat seperti obor yang menerangi sesama.


Acara ini mencerminkan semangat gemah ripah loh jinawi, dan harapan bersama agar masyarakat diberi kesehatan jasmani dan rohani, rezeki yang melimpah, serta desa yang aman dan penuh berkah (baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur).


Sumber: shlh.

TrendingMore