Salju Abadi di Puncak Jaya, Papua, Terancam Lenyap pada 2026 Salju Abadi di Puncak Jaya, Papua, Terancam Lenyap pada 2026

Advertisement

Advertisement

Salju Abadi di Puncak Jaya, Papua, Terancam Lenyap pada 2026

Nusantara
, May 26, 2023
Last Updated 2023-05-26T16:19:20Z
Advertisement



Kabar Ngetren/Papua - Penelitian terbaru menunjukkan bahwa salju abadi di dekat Puncak Jaya, Papua, mengalami penyusutan yang signifikan. 

Luas tutupan es salju yang berada di ketinggian 4.884 meter di atas permukaan laut ini telah menyusut hingga 98%. 

Dari luas semula 19,3 km persegi pada tahun 1850, kini hanya tersisa 0,34 km persegi pada tahun 2020.

Data dari satelit Sentinel-2A juga menunjukkan bahwa penyusutan luas tutupan es di Papua terus berlanjut. 

Pada bulan Juli 2021, terjadi penyusutan sebesar 0,27 km persegi, dan pada bulan April 2022, terjadi penyusutan sebesar 0,23 km persegi.

Selain luasnya yang berkurang, ketebalan es juga semakin menipis. Pemantauan yang dilakukan oleh tim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan PT Freeport Indonesia (PTFI) sejak 2010 hingga 2022 menunjukkan bahwa es mengalami penipisan secara signifikan.

Hasil penelitian BMKG bekerja sama dengan The Ohio State University, Amerika Serikat, mengindikasikan bahwa selama periode 2010-2015, es mengalami penipisan sekitar 5 meter dengan laju penipisan sebesar 1,05 meter per tahun.

Pada November 2015-2016, penipisan es mencapai 5 meter yang sangat signifikan, yang kemungkinan disebabkan oleh efek El Niño 2015-2016 yang sangat kuat.

Pada awal tahun 2021, melalui foto udara, terlihat bahwa ketebalan es telah berkurang sebanyak 12,5 meter sejak November 2016, atau setara dengan laju penipisan sekitar 2,5 meter per tahun.

"Dengan menggunakan pemodelan CORDEX-SEA dan data observasi, kami memprediksi bahwa tutupan es di Puncak Jaya diperkirakan akan hilang pada tahun 2026," ungkap Donaldi S. Permana dalam tulisannya di The Conversation.

Namun, laju penipisan gletser bisa menjadi lebih parah. Bahkan, gletser dapat benar-benar lenyap secepat tahun 2024. 

Risiko ini semakin meningkat karena El Niño, yang menyebabkan pemanasan iklim global, berpotensi terjadi pada tahun ini.

Hal ini tentu menjadi keprihatinan serius bagi masyarakat Indonesia. 

Terlebih lagi, kita telah merasakan efek gas rumah kaca dalam beberapa pekan terakhir di seluruh wilayah Indonesia. 

Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi yang berkontribusi pada emisi karbon dan merusak lapisan ozon bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menjadi tanggung jawab kita sebagai masyarakat. 

Selain itu, menanam lebih banyak pohon di sekitar rumah dapat membantu mengurangi efek dari penipisan lapisan ozon di Bumi.

Kita semua perlu berperan serta dalam mengatasi masalah pemanasan global ini, agar kita dapat menjaga kelestarian lingkungan dan mencegah dampak yang lebih buruk di masa depan. (Maulana Yusuf)

TrendingMore