Efek Bahaya Telur Syubhat Efek Bahaya Telur Syubhat

Advertisement

Advertisement

Efek Bahaya Telur Syubhat

Nusantara
, March 15, 2023
Last Updated 2023-03-14T23:01:31Z
Advertisement

 


Kabar Ngetren –  Telur merupakan makanan yang sering dikonsumsi sebagai lauk atau cemilan di berbagai negara, termasuk Irak. Namun, ada kisah yang menyesakkan hati terkait sebutir telur yang membuat seluruh rakyat Irak menyesal.


Kisah ini bermula saat Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi berhasil menguasai Irak dan tidak menugaskan seseorang untuk mengatur rakyat di sana. Orang-orang Irak yang merasa tidak rela dengan kezhaliman yang merajalela mendoakan kebinasaan bagi siapapun yang menjadi wakil Hajjaj di Irak.


Untuk mengatasi keadaan ini, Hajjaj meminta seluruh penduduk Irak memberinya sebutir telur ayam dan meletakkannya di beranda masjid Jami'. Penduduk Irak menganggap permintaan ini sebagai sesuatu yang sepele dan tidak ada alasan untuk menolaknya.


Tanpa menaruh curiga sedikit pun semua orang meletakkan telur-telur yang mereka bawa, Kemudian Hajjaj melancarkan siasat busuknya. Ia mengatakan bahwa ia berubah pikiran dan mempersilakan penduduk Irak membawa pulang telur-telur itu. 


Hal ini menimbulkan rasa curiga dan tanya di hati penduduk 'Iraq. Apa maunya si pendosa durjana itu?


Meskipun dengan mulut terkunci atau sekedar bisik dan gumam, masing-masing penduduk 'Iraq pulang dengan membawa sebutir telur. Mereka berpikir, jika telur yang diambil Hajjaj bukan miliknya, pasti itu milik saudaranya yang rela telurnya tertukar.


Namun, Hajjaj hanya tersenyum puas dari kejauhan melihat kepulangan penduduk 'Iraq. Dia tahu bahwa rencananya berhasil tanpa cela. Dengan demikian, kini ia bisa menjanjikan keselamatan bagi siapa saja yang menjadi wakilnya tanpa takut doa dan kutukan penduduk 'Iraq.


Namun, mereka tidak menyadari bahwa Hajjaj telah berhasil menipu mereka. Telur yang mereka bawa pulang kemudian mereka rebus atau goreng, ternyata bukan telur milik mereka. Telur syubhat tersebut telah menghalangi pengabulan doa-doa mereka.


Sayangnya, seperti pepatah mengatakan, "nasi telah menjadi bubur". Mereka merasa menyesal dan berharap bisa mengubah keadaan, namun sudah terlambat.  Mereka memilih untuk tetap bersabar dan menghadapi kezaliman Hajjaj dengan penuh keyakinan.


Dalam keputusasaan mereka, mereka mencoba untuk merangkai kata-kata doa dan kutukan untuk menangkal kejahatan Hajjaj. Namun, mereka sadar bahwa tindakan tersebut hanya akan membuat mereka semakin terpuruk.


Mengomentari kisah di atas, Ibnul Haj (737 H) berkata, “Karena hal inilah hari ini kezhaliman merata. Banyak doa dipanjatkan agar parapelakunya binasa, namun sedikit sekali yang dikabulkan jika bukan malah tak ada… sekiranya penduduk suatu negeri selamat dari keadaan itu lantas berdoa, niscaya doa mereka dikabulkan. 


Oleh karena itu, sebagai muslim, kita tidak menyepelekan dosa-dosa kecil yang tanpa kita sadari telah kita lakukan,  pastikan bahwa makanan yang kita konsumsi halal dan terjamin kehalalannya. Jangan sampai kecerobohan kita merugikan diri sendiri dan orang lain.  (Aris Mushofa)

TrendingMore